Senin, 16 November 2009

Pindang Meranjat Syafik



Menikmati Aneka Pindang di Rumah Makan Panggung di Atas Rawa-rawa Jalintim


Menempuh perjalanan mudik panjang lewat darat apalagi di daerah lintas timur Sumatera yang sebagian besar masih hutan dan sepi, tentu melelahkan. Tapi itu bisa menjadi lebih menyenangkan, jika Anda bisa menikmatinya, dengan mengetahui tempat mana yang bisa digunakan untuk istirahat, sekaligus menjadi tempat berbuka puasa yang menggugah selera. Pindang Meranjat Syafik yang terletak di Jl. Kapten H. Sulaiman Raden Anum - Muara Baru - Kayu Agung Palembang bisa menjadi salah satu pilihan. Apa istimewanya pindang di sini?

Melewati jalan lintas timur Sumatera dari Lampung ke Palembang, melalui daerah Bandar Jaya, Bandar Agung, Menggala, Tulang Bawang, Pematang Panggang, Tugu Mulyo, hingga Kayu Agung, tempat makan yang akan Anda temui sebagian besar didominasi oleh rumah makan Padang, yang menjadi tempat-tempat peristirahatan bus dan truk, namun ada juga beberapa di antaranya yang menawarkan menu masakan Jawa.

Selain masakan Padang, jenis masakan lain yang banyak ditawarkan di sepanjang jalur lintas timur Sumatera adalah pindang. Pindang di Sumatera berbeda dengan pindang yang biasa dikenal di Jawa. Kata pindang di Jawa digunakan untuk nama ikan awetan dengan kadar garam rendah yang pengolahannya secara tradisional merupakan gabungan dari penggaraman dan perebusan hingga memberikan rasa yang khas. Jenis ikan yang biasa dibuat pindang antara lain, bandeng, tongkol, cangkal, lemuru, kumbuy dan selar. Sementara pindang yang dikenal di daerah Sumatera dari Lampung hingga Sumatera Selatan, dan Jambi, adalah hidangan berkuah asam-pedas dengan bumbu dasar cabe, bawang merah, asam jawa, sereh, daun salam, dengan daging sapi atau ikan sebagai sumber proteinnya.

Pindang yang cukup terkenal adalah Pindang Meranjat. Meranjat sendiri adalah nama sebuah daerah di wilayah Indralaya Selatan, Ogan Ilir yang menjadi asal masakan ini. Di Jalintim, tepatnya di daerah Kayu Agung, OKI dan Jl Mayjen Yusuf Singadekane Palembang, ada rumah makan yang secara khusus menyajikan masakan khas daerah Meranjat ini, namanya Pondok Pindang Meranjat Syafik. Syafik diambil dari nama pemilik tempat ini yang memang berasal dari Meranjat.

Kedua Pondok Pindang Meranjat Syafik ini berdiri di tepi Jalan Jalintim di atas rawa-rawa, dengan gaya bangunan panggung kayu. Di tempat ini Anda bisa menikmati pindang Meranjat dan aneka menu khas Sumatera Selatan lainnya, di tengah semilir angin, sambil duduk lesehan. Tempat ini sangat ideal untuk tempat rehat dan makan bagi Anda yang menempuh perjalanan panjang, melintasi Jalintim.

Pondok Pindang Meranjat Syafik I, yang tepatnya berada di Jl Kapten H. Sulaiman Raden Anum, Muara Baru, Kayu Agung, dikelola istri Syafik, Nursidah. Lokasi tempat ini selalu ramai dilalui kendaraan karena jalan ini adalah jalan lingkar di luar kota Kayu Agung yang merupakan bagian dari Jalintim. Apalagi sejak 12 September lalu truk-truk yang biasanya dengan bebas melewati jalan protokol di pusat kota Kayu Agung, kini dilarang masuk ke dalam kota, dan dialihkan ke Simpang Silika, lalu melalui daerah ini.

Di sekitar tempat ini juga berdiri dua rumah makan yang mengusung konsep serupa, yaitu Pondok Agung, dan Pondok Makan Sederhana. Pondok Makan Sederhana juga menyajikan menu serupa, sedangkan Pondok Agung lebih mengandalkan ikan gurame bakar dan goreng sebagai menu utamanya, meski juga tetap menyediakan pindang.

Lokasi wisata yang dekat dengan daerah ini adalah Danau Teluk Gelam, yang jaraknya kira-kira 16 km, melalui Jalintim ke arah Lampung. Danau Teluk Gelam adalah danau alam, sebelum berwujud danau kawasan ini adalah rawa-rawa. Danau ini sempat menjadi lokasi pertandingan dayung dan ski air saat PON XVI di Palembang.

Bagi yang membutuhkan penginapan, Anda bisa masuk ke kota Kayu Agung, jaraknya sekitar 3-4 km dari tempat ini. Di kota Kayu Agung ini Anda bisa menemukan hotel-hotel kecil yang cukup bersih dengan room rate yang cukup murah hanya 40.000 Rupiah, walau memang tanpa fasilitas AC dan televisi, namun kondisinya tidak kumuh dan cukup nyaman. Bagi yang ingin fasilitas lebih lengkap tentu harus keluarkan dana lebih, namun tetap relatif murah, karena ini memang kota kecil.

Siang itu saat dikunjungi Info Kuliner, Pondok Pindang Meranjat sedang dipenuhi pengunjung yang sebagian berseragam pegawai pemerintahan setempat, dan duduk berkelompok. Ada juga kelompok lain yang tampaknya adalah sebuah keluarga, sekitar 20 orang tengah bersantap siang. Nursidah, yang tengah sibuk melayani pengunjung pun, tak dapat segera berbincang dengan Info Kuliner.

Mencicipi Pindang Meranjat. Menu-menu yang disajikan di Pondok Meranjat antara lain ada Pindang Baung, Pindang Tulang, Pindang Salai, Pindang Patin, ada juga Ikan Patin Bakar, Ikan Seluang Goreng, dan Sambal Kueni. Menu Favorit tempat ini adalah Pindang Baung, yang menggunakan ikan baung sebagai bahan utamanya. Ikan Baung dengan nama ilmiah Mystus Nemurus adalah ikan air tawar berkulit licin dan berkumis yang hidup di sungai-sungai besar, bentuknya agak bulat tidak pipih seperti patin. Di beberapa daerah di Jawa ikan ini dikenal dengan nama ikan Tagih.

Ikan ini dimasak dengan kuah yang berwarna kecokelatan dengan rasa asam pedas yang segar dan bercampur dengan daging ikan yang masih manis dan gurih. Saat disajikan di mangkuk, kuah panas dari pindang ini diberi daun kemangi mentah. Kuah panas dari pindang, yang menggunakan terasi, ketika disiramkan ke daun kemangi menimbulkan aroma baru yang khas. Rasanya juga sebanding dengan aromanya yang merangsang rasa lapar. Enak, segar karena ada komponen asam jawa dan buah nanas pada bumbunya, dan pedas oleh cabe, berpadu dengan rasa daging baung yang manis, dan gurih. Menurut Nursidah, sang empunya Pondok yang juga merangkap koki di situ, terasi yang ia gunakan adalah terasi udang dari daerah Selapan. Terasi Selapan warnanya tidak segelap terasi udang biasa, tapi agak ke abu-abuan sehingga memberikan warna kecokelatan pada kuah pindang.

Selain pindang baung, ada juga pindang tulang, yang menggunakan tulang iga sapi, dan kuahnya pun memakai kaldu iga sapi. Ada pula pindang salai, salai adalah sebutan untuk ikan yang telah mengalami proses pengasapan, yang biasanya dibuat dari ikan lais atau ikan baung. Walaupun sama-sama menggunakan ikan baung, pindang baung dengan pindang salai baung memiliki citarasa yang berbeda, proses pengasapan telah menimbulkan aroma dan rasa yang lebih gurih, namun tidak semanis daging ikan baung segar.

Selain aneka pindang, ada juga ikan seluang goring. Jenis ikan endemik Sumatera Selatan ini bentuknya kecil-kecil, tetapi lebih besar dari teri. Ikan seluang juga lebih gemuk sehingga berdaging. Crispy dan sangat gurih. Menyantapnya mengingatkan pada ikan wader yang biasa ditemui di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sambal yang cocok menemaninya adalah sambal kueni, kueni adalah sejenis mangga yang beraroma khas. Dipotong halus dan dicampurkan dengan sambal berbumbu dasar cabe merah dan bawang merah dan terasi. “Selain itu, kita juga sediakan ikan gurame goreng atau bakar, karena peminatnya juga lumayan,” ungkap Nursidah.

Awal mula Usaha. Dari penuturan Nursidah diketahui, ia dan suaminya memulai usaha ini sejak tahun 2000 akhir. “Dari pertama buka hingga sekarang Alhamdulillah jalan terus, dan semakin berkembang,” tutur Nursidah. “Awalnya kita buka di sini, cuma beberapa meja, lalu karena ramai dan kadang ada yang antre nunggu akhirnya kita perlebar,” tambah Nursidah. Pada awalnya rumah makan yang ia buka hanya seluas empat kali delapan meter, kini lebarnya kurang lebih 200 m², dengan kapasitas 250 tempat duduk. Investasi awal yang dikeluarkan Syafik untuk membangun tempat ini berikut membeli peralatan pendukungnya sekitar 40 juta Rupiah, “Kira-kira segitulah, persisnya saya lupa,” ungkap Nursidah.

Ibu dari empat anak ini juga menuturkan, kini rumah makannya dalam sehari rata-rata dikunjungi lebih dari 100 orang, dengan rata-rata perorang menghabiskan uang antara Rp 15.000- 20.000. Omset harian Pondok Pindang Meranjat I berkisar antara tiga hingga 3,5 juta Rupiah per hari, dengan laba berkisar Rp 700.000 per hari. “Namanya orang jualan tidak menentu omset dan keuntungannya, biasanya kalau sepi masih bisa dapat 500.000 kalau ramai bisa sampai satu juta, rata-ratanya mungkin 700.000,” tutur wanita asal Meranjat yang lahir di Palembang ini.

Untuk pengeluaran belanja harian, rumah makan yang buka dari pukul tujuh pagi hingga pukul sepuluh malam, Nursidah mengaku mengeluarkan uang sebesar dua hingga Rp 2,5 juta per hari, untuk membeli 5 kg ikan patin yang harga per kilonya Rp 10.000, 10 kg daging iga sapi harga per kilonya antara Rp 30.000-35.000, 15-20 kg ikan baung yag harga per kilonya Rp 35.000, dan 3 kg salai baung, yang harga per kilonya Rp 90.000, dan sisanya untuk belanja bumbu dapur minyak tanah, dan minyak goreng.

Sementara untuk biaya operasional, Nursidah harus membayar 16 orang karyawan, yang total per bulannya mencapai Rp 6,5 juta, listrik Rp 500.000, sewa tempat Rp 4 juta setahun, serta pajak rumah makan sebesar Rp 1.600.000 per bulan. Keuntungan bersih yang bisa dicapai rumah makan ini sekitar 23-24% dari omset yang diperoleh. Pantas kalau Nursidah mengaku sudah balik modal pada tahun ketiga setelah dibuka.

Usaha yang ia kembangkan bersama sang suami ini, menurut Nursidah bisa juga dikembangkan di kota lain. “Saya saja sering dapat tawaran buka di Jakarta, tapi belum dapat tempat yang bagus, jadi sampai sekarang, Alhamdulilah sudah delapan bulan ini bisa buka satu lagi di Palembang,” ungkap Nursidah. “Usaha ini bisa saja dilakukan di daerah lain karena ikannya bisa saja diganti dengan ikan toman atau patin, bahkan gabus yang penting ikan air tawar, bumbu-bumbunya pun umum ada di semua daerah, mungkin hanya terasi yang beda, kita di sini pakai terasi Selapan,” pungkas Nursidah.


================================================== =====

Resep Pindang Baung ala Pindang Meranjat Syafik

Bahan:
- 1 kg ikan baung

Bumbu:
- 1 ons bawang merah
- ½ ons cabe merah
- Asem jawa seibu jari
- Kunyit seujung jari
- Sedikit lengkuas
- 2 batang sereh
- ¼ potong buah nanas ukuran sedang
- Terasi Selapan secukupnya
- Garam secukupnya
- Daun kemangi secukupnya

Cara Pembuatan:
- Bersihkan ikan lalu potong menjadi delapan bagian
- Panaskan 2 liter air dalam panci
- Cacah bawang merah
- Haluskan cabe
- Haluskan juga nanas
- Memarkan kunyit, lengkuas dan sereh
- Masukan semua bumbu dalam panci, lalu masukan ikan baung, tunggu hingga mendidih dan matang.

Cara Penyajian:
- Siapkan mangkuk, lalu beri sedikit daun kemangi, siram dengan kuah pindang yang panas, masukkan ikan juga.

Sajikan untuk 4 - 5 Porsi

Cara Membuat Sambal Kueni

Bahan-Bahan:
- ½ ons terasi
- ½ ons cabe merah
- 20 biji cabe rawit
- Garam secukupnya
- 2 buah kueni, atau mangga muda
- Sedikikit gula merah.

Cara Pengolahan:
- Terasi digongseng (disangrai) tanpa minyak, hingga matang
- Haluskan cabe, campuran terasi dan gula secukupnya hingga halus
- Cacah/cincang/ serut kueni, masukan dalam sambal terasi
- Tambahkan gula merah secukupnya
- Aduk hingga merata,


Asumsi Pendapatan Pindang Meranjat Syafik per Bulan

1. Investasi Awal (tahun 2000) Rp. 40.000.000

2. Bahan Baku Rp. 60.000.000
- 150 Kg patin Rp 1.500.000
- 300 Kg tulang iga Rp 10.500.000
- 450Kg ikan baung Rp 15.750.000
- 90 Kg Salai Baung Rp 8.100.000
- 750 Kg Beras Rp 3.750.000
- Bumbu, Minyak,Gurame dll Rp 15.900.000

3. Biaya Operasional Rp. 8.935.000
- Gaji 16 Karyawan Rp 6.500.000
- Sewa tempat Rp 335.000
- Listrik Rp 500.000
- Pajak Rp 1.600.000
4. Omset Rp 90.000.000
5. Keuntungan Bersih (23% dari omset) Rp 21.065.000

Info Lebih Lanjut Dapat Menghubungi:
Pondok Pindang Meranjat Syafik I
Jl Kapten H. Sulaiman Raden Anum,
Muara Baru, Kayu Agung, OKI

Pondok Pindang Meranjat 2
Jl Mayjen Yusuf Singadekane
Telp. 08127886550

Tidak ada komentar:

Posting Komentar